Pada jaman
dahulu Desa Boloh berupa hutan, suatu ketika datang
lima orang
laki-laki yang mana mereka merupakan murid
dari Sunan Kalijogo dari Demak Bintoro. Yang mana kepergian mereka
dikarenakan petunjuk dari Sunan Kalijogo
untuk berdakwah di daerah selatan.
Mereka
berjalan dari bagian barat, yang sekarang jalan raya Purwodadi Solo menuju
daerah hutan yaitu Genengsari, mereka
tinggal beberapa bulan di sana kemudian mereka melanjutkan kembali
perjalanan menuju ketimur, dan satu diantaranya bernama Ki Ronggo kemudian bertempat tinggal didaerah
itu yaitu daerah Coyo.
Keempat orang tersebut berjalan kaki dari
sebelah timur menuju barat laut, Keempat orang lainnya itu yang paling tua
bernama Ronggo Waseso atau yang
terkenal dengan sebutan Ronggo Wiso, yang kedua bernama Ronggo Kusumo atau yang
lebih terkenal dengan Syech Ngalim
menetap di bagian tengah. Yang ketiga bernama Ronggo Sejati yang terkenal Ronggo
Sekti atau Mbah Canggah menetap
di daerah ujung barat daya sedangkan terakhir bernama Ronggo Pakso yang terkenal dengan nama Mbah Santri.
Sesampainya didaerah yang ada dua
orang saling berbantah bantahan dan sudah dilerai masih saja berbantah bantahan
atau yang dalam bahasa jawanya kurang ajare gak leren leren, maka Ronggo Waseso
berkata, “Karena kurang ajarnya gak berhenti, maka kelak ramai-ramainya jaman maka daerah ini
saya namai Pejaren.”
Sejak saat itulah Mbah Ronggo Waseso
bertempat tinggal di daerah Pejaren, sampai meninggalnya dimakamkan di Tanah
Kubur Singkil. Akhirnya menjadi Desa Pejaren tetapi kemudian menjadi Dusun lagi
dengan menginduk pada Desa Boloh.
Ketiga
orang berikutnya kemudian berjalan keselatan, dan bertemu dengan seorang yang
sangat bagus rupanya, tingkah lakunya juga baik begitu ditanyai oleh Mbah
Ronggo Kusumo orang tersebut mau menjadi Bolo
atau Kawan dari Mbah Ronggo Kusumo. Kemudian Mbah Ronggo Kusumo berkata,”bila
kelak ramai ramainya jaman tempat ini akan saya namai Bolo.” Sejak saat itulah Mbah Ronggo Kusumo bertempat tinggal di
Boloh sampai meninggal dimakamkan di
Makam Gedong. Akhirnya Boloh menjelma menjadi suatu Desa yang tanahnya sangat
subur atau loh.
Tinggallah
dua orang yang tersisa berjalan keselatan lagi. Sampai di daerah yang agak
tinggi datarannya mereka bertemu dengan seorang petani yang sangat tua, Mbah
Ronggo Sejati dan Mbah Ronggo Pakso kemudian berkata pada petani tersebut,”
Mbah, apa bapak punya sedikit makanan untuk kami?”, kemudian pak tani tersebut
menjawab,” kebetulan saya ada kelebihan jagung sedikit,” terus Mbah Ronggo
Sejati berkata lagi boleh saya menginap di sini?” Pak Tani menjawab lagi, “
kebetulan ada sedikit lebih tempat untuk tuan tuan.”
Mbah
Ronggo Sejati kemudian berkata lagi,” karena tempat ini selalu punya
kelebihan maka kelak ramai ramainya
jaman tempat ini saya namakan Kaluwan.”
Kemudian
Mbah Ronggo Sejati berjalan sendirian kearah barat, dan di sana Mbah Ronggo
istirahat sebentar di bawah Pohon Sambi, dan secara tidak sengaja tangan Mbah
Ronggo Sejati menggaruk garuk tanah,dilihat dengan seksama oleh Mbah Ronggo
Sejati tanah tersebut sangat baik untuk pembuatan Bata. Maka Mbah Ronggo Sejati
berkata,” Bila kelak suatu jaman tempat ini ramai, maka saya namai Mboto.” Kemudian Mbah Ronggo Sejati
bertempat tinggal di daerah Mboto yang terkenal dengan sebutan Mbah Canggah. sampai meninggalnya dan
dimakamkan di Mboto. Sampai saat ini kampung Mboto menjadi satu dengan Dusun Kaluwan.
Setelah
tinggal seorang maka Mbah Santri lalu berjalan menuju selatan dan kemudian
bertemu dengan sungai kecil dimana sungai tersbut airnya sangat jernih dan
bunyinya Kropyak kropyak, selalu dobel atau kayun maka berkata Mbah Santri
bahwa nanti ramai ramainya jaman tempat tersebut dinamakan Kayen dan yang menjaga sungai tersebut dinamakan Mbah Krapyak. Sampai saat ini tempat
tersebut menjadi Dusun Kayen. Mbah Santri atau Mbah Ronggo Pekso kemudian
tinggal dan wafat dimakamkan di dusun tersebut, tepatnya dibelakang SD Boloh
IV.
Dilain
tempat, sebelah timurnya Dusun Kayen ada seorang punggawa ( Demang Coyudho ) dari daerah Demak Bintoro yang di utus oleh
Sang Adipati untuk menyusul keempat ronggo tadi, tetapi belum sempat bertemu dengan keempat ronggo
tadi Demang tersebut kehabisan bekal baik bekal air dan makanan. Kemudian
Demang tersebut mencari sumber mata air untuk keperluan minum dan mencuci dan
bersuci, tetapi sampai lelah hanya bertemu dengan sumber air yang kecil,itupun
rasanya asin, karena cara mencari airnya susah atau dalam bahasa jawanya “nak ra mubeng seser ora uman” maka
berkata Sang Demang, kelak ramai ramainya jaman tempat tersebut
dinamakan Serman. sekarang tempat
tersebut di namakan Dusun Tlogomulyo yang
terletak di sebelah timur Dusun Kayen. Kemudian Mbah Demang tersebut tinggal
sampai wafatnya dimakamkan di Kubur
Tlogomulyo.
Adapun tahun berdirinya
Desa Boloh masih terjadi simpang siur, namun sebelum tahun 1800 Dusun Nglobar
dan Dusun Nambuhan Kecamatan Purwodadi
juga ikut Desa Boloh, tetapi di tukar
oleh lurah jaman dulu, Hal ini dilakukan karena dusun tersebut
letaknya jauh dari Desa Boloh.
Desa
Boloh telah memiliki beberapa Lurah / Kepala Desa yaitu;
1. Kerti atau Ki Palang
2. Namin
3. Projudo
4. Soerat
5. Moekarso
6. Soerat Wongsodihardjo
7. Rameo
8. Goenadi
9. Soenardi Hadi Wiyono
10. Sunanto
11. Bagus Triwibowo
12. Yosep Triswanto
Tidak ada komentar:
Posting Komentar